Budaya Pesbuk Mahasiswa

Saat ini siapa yang tidak mengenal Facebook? Situs pertemanan global ini tengah digandrungi banyak kalangan, termasuk masyarakat di Indonesia. Facebook menawarkan fitur-fitur yang menarik, sehingga membuat penggunanya mempunyai kesibukan tambahan untuk menggunakan fitur yang telah disediakan. Tak jarang pula yang ”kecanduan” bermain Facebook dimanapun dan kapanpun, sekedar untuk menulis status, contohnya.  Keberadaan Facebook ini turut mengubah (shift) perilaku komunikasi masyarakat.

Pada awalnya, seperti yang dikemukakan perancang Facebook Mark Zurkerberg “Orang menggunakan facebook demi mempertahankan persahabatannya, meskipun sang sahabat tidak berada di tempat yang sama” tapi dalam kenyataanya Facebook bukanlah hanya untuk “mempertahankan persahabatan” orang-orang yang sudah bersahabat tetapi juga mendapatkan teman-teman baru. Salah satu fungsi inilah yang mendorong Mahasiswa sekarang memanfaatkan situs ini untuk membentuk kelompok/group untuk mendiskusikan, membicarakan masalah-masalah yang sedang terjadi di lingkungan kampusnya.Walaupun terkadang tidak hanya tentang permasalahan kampus.

Sebagai mahasiswa, situs ini sangat membantu sekali untuk membicarakan tugas-tugas yang dosen berikan. Disini teman-teman kelas yang lain dapat bertukar pendapat, mengeluarkan ide, menggagas acara. Yang semua itu dapat dilakukan di tempat yang berbeda. Bayangkan jika Mahasiswa harus berkumpul di satu tempat untuk membicarakan satu topik pembicaraan. Yang dapat menjadi kendala adalah waktu untuk berkumpul, perjalanan yang cukup jauh dari rumah, biaya yang harus dikeluarkan untuk transport / makan dll, belum lagi budaya Indonesia yang sudah mendarah daging “Ngaret”. Dengan adanya situs ini, mendiskusikan topik pembicaraan menjadi jauh lebih efisien, hemat biaya, hemat waktu, sumber daya yang tidak terbatas dan masih banyak lagi keuntungan lainnya.

Dengan berkembangnya budaya ini, maka tak heran banyak di kampus-kampus menyediakan fasilitas hot spot internet untuk mahasiswanya. Kembali ke individu masing-masing, fasilitas teknologi yang ada sekarang ini dimanfaatkan untuk tujuan yang baik atau hanya sekedar iseng tanpa tujuan yang kurang baik. Bahkan mungkin dengan adanya situs ini dan situs-situs lain yang sejenis, fasilitas perpustakaan yang saat ini banyak menyajikan berbagai produk buku kini semakin sedikit mahasiswa yang memanfaatkannya.

Facebook memilik fitur “up date status” yang menurut saya berarti apa yang sedang kita pikirkan, rasakan, mengemukakan ide. Tempat yang sedang kita kunjungi, yang sedang kita lakukan, di publikasikan ke dalam account facebook. Saya mempunyai teman yang boleh dibilang hampir dua jam sekali “up date status” di account Facebooknya, bahasa-bahasa kasar dan vulgar anak-anak SMP sampai Mahasiswa masih menghiasi status Facebook, bahasa berkeluh kesah juga masih mendominasi status Facebook kawan-kawan saya diikuti dengan status tentang masalah percintaan.

Maaf, saya termasuk orang yang cukup pendiam, tidak ingin masalah yang sedang saya alami diketahui oleh khalayak ramai, selalu berusaha menyelesaikan masalah saya dibanding membicarakannya. Setiap orang bebas melakukan sesuatu yang mereka kehendaki, tapi dengan penjelasan yang telah saya kemukakan diatas, apalagi bagi saya bahasa-bahasa kasar dan vulgar yang dikeluarkan sungguh tidak pantas.

Jadi, saya kembalikan lagi ke individu masing-masing bagaimana memanfaatkan suatu teknologi yang sedang berkembang. Apakah kita bisa bersama belajar memanfaatkan teknologi ke arah yang benar atau budaya bangsa kita yang semakin terpuruk tergerus kemajuan teknologi dan kebudayaan barat yang sudah mendominasi Negara ini. Kita sebagai mahasiswa, tokoh utama pereformasi, agent of change (agent perubahan) mendorong masyarakat menjadi lebih baik dalam berbudaya.

 

2 Responses to “Budaya Pesbuk Mahasiswa”

  1. yang boneng gan????

Leave a comment