Archive for November, 2010

BLACAN ku, QueenSha

Posted in Peliharaan, Uncategorized on November 7, 2010 by orangjakarta

Aku seorang yang menyukai hewan. Yang menjadi hewan peliharaan pertamaku adalah seekor kura-kura dengan panjang kira-kira 13 cm. Aquarium GEX ukuran 40 cm x 25 cm x 17 cm menjadi tempatnya bermain. Hewan pengerat berbulu putih sepasang menjadi peliharaanku yang kedua. Hamster jenis White Winter Pearl Red Eye, salah satu jenis hamster yang termahal kubeli dari salah seorang penjual di salah satu situs terbesar di Indonesia dengan sistem lelang. Kubelikan semua perlengkapan untuk hewan yang masa hidupnya kurang lebih hanya 1,5 – 2 tahun ini mulai dari kandang, pasir zeolit, serbuk kayu, tempat minum ‘deluxe’, tempat makan, vita gel, caltum, vita kraft, jogging wheel, makanan hamster dan lain-lain. Hewan peliharaanku yang ketiga dan terakhir adalah seekor Kucing Hutan berumur 2,5 bulan.

Kucing Hutan ini kudapatkan dari penjual di Pasar Jatinegara. Pada awalnya, aku berniat membeli Elang jenis Dark Changeable Hawk Eagle (Dark CHE) tetapi karena Dark CHE yang ditawarkan sudah memasuki usia brancher atau remaja. Alasan memilih/memelihara hewan saat hewan berumur masih bayi karena lebih mudah dalam masa pengenalan terhadap majikannya atau adaptasi terhadap lingkungannya. Akan lebih sulit jika hewan yang dipelihara sudah memasuki usia brancher atau remaja.

Dengan sedikit kecewa dan malas aku hendak meninggalkan kerumunan pasar menuju tempat parkir kendaraan di pinggir jalan. Ketika berjalan, aku melihat kandang jeruji yang disusun empat, dua baris dan diantara kandang-kandang itu berisi hewan yang beragam. Diantara tumpukan kandang, mataku tertuju pada Kucing Hutan yang berbadan paling kecil dengan mata bulat hitam. Cukup lama aku melihatnya, setidaknya cukup waktu bagiku untuk menilai Kucing Hutan ini lucu dan menggemaskan atau merasa iba karena ditempatkan di kandang yang sempit ditengah terik matahari yang tanpa ampun menyengat kulit.

Tiba di rumah, kubuka pintu kandangnya mempersilahkan dia keluar untuk bermain di teras rumah. Senang sekali melihat dia berkeliling teras (atau mungkin untuk menandakan daerah kekuasaan) tanpa ada batasan jeruji pagar yang membatasi. Kucari mangkuk bekas kecil untuk kugunakan sebagai tempat minumnya. Kubelikan dia ikan tongkol basah yang diiris tipis untuk menu makan malamnya. Di luar dugaan, ternyata dia hanya mencium ikan basah tersebut tanpa memakannya. Kupikir karena beradaptasi dengan lingkungan baru, itu sebabnya dia tidak mau makan. Malam hari, aku ke pet shop untuk membeli cat milk sebagai menu tambahan. Lama aku membujuk dia untuk minum dari sendok yang kusodorkan kepadanya. Kurang lebih satu jam akhirnya dia mau menjilati susu yang kubuat. Keponakan lelakiku memanggilnya Apin, kucing dari Upin & Ipin serial TV populer anak-anak saat ini. Tapi karena berjenis kelamin betina, kuberi dia nama QueenSha.

Aku merasa lebih sayang dengan queensha dibandingkan dengan hewan peliharaanku yang lain. Mungkin ini karena Queensha bisa diajak bermain, bercanda, digendong, mengejar benda bergerak dan kegiatan aktif lainnya. Tiga hari sudah rumahku kedatangan anggota baru, selama itu pula Queensha tidak pernah mau makan. Semua makanan yang kuberikan padanya mulai dari ikan tongkol, wet cat food, dry cat food kemasan, ikan nila, ikan peda, ikan kembung hanya diciuminya tanpa di makan.

Hal ini memaksaku untuk berkonsultasi dengan dokter hewan didekat rumahku. Aku berkomunikasi melalui telepon untuk konsultasi  mengenai masalah yang kuhadapi? Dokter menyarankan untuk memberi queensha madu murni yang dicairkan dengan air untuk menambah kekuatan dan staminanya. Kuikuti saran dokter hewan tersebut, sama seperti sebelumnya, aku kesulitan untuk memberinya campuran madu. Tapi lama kelamaan queensha mau juga menjilati madu yang kuberikan.

Lima hari berlalu, tapi queensha belum juga mau makan. Selama ini asupan gizinya hanya air putih dan madu murni yang diencerkan. Hal ini benar-benar membuatku khawatir akan kesehatannya dan membuatku kembali menghubungi dokter hewan untuk membuat janji bertemu. Sebelum bertemu dengan dokter hewan, aku masih belum putus asa untuk membelikannya makanan. Kali ini aku berikan queensha 4 macam makanan sekaligus. Ceker dan kepala ayam mentah, daging iris tipis di rebus sampai empuk, ikan tongkol, dan wet food ‘whiskas’ kutempatkan dalam satu piring dan kubiarkan piring tersebut ditengah ruangan.

Perlahan Queensha mendekati piring tersebut dan mengendusnya. Hal yang dipilih pertama adalah kepala ayam. Digigitnya kepala ayam tersebut dan dibawanya ke pojok ruangan. Kudekati dia untuk mengelus kepalanya seperti biasa, tetapi pandangan dan suaranya mengerung marah sehingga membuatku takut untuk mendekatinya. Mungkin dia tidak suka didekati ketika sedang makan takut kemungkinan makanannya direbut. Apalagi selama 5 hari Queensha belum makan apa pun. Ceker ayam diambilnya sebagai menu yang kedua. Sama seperti sebelumnya, Queensha menggigit ceker ayam tersebut dan membawanya ke pojok ruangan yang agak sepi.

Melihat hal itu, aku langsung menghubungi dokter hewan untuk membatalkan janji bertemu serta menceritakan kabar baik ini. Aku senang sekali akhirnya Queensha mau makan makanan yang kuberikan, setidaknya aku tahu makanan seperti apa yang Queensha senangi. Aku takut sekali jika galaknya Queensha ketika makan berpengaruh kepada kegiatannya sehari-hari. Kutanyakan hal ini kepada orang yang berpengalaman dan jawabanya melegakanku “Sifatnya memang seperti itu jika sedang makan, semua Kucing Hutan rekan-rekan komunitas juga marah kalau didekati ketika sedang makan. Karena sangat sayang dengan kucingnya, tidak sedikit rekan-rekan yang digigit dan dicakar di anggota tubuh mana saja. Oleh sebab itu, penting bagi pemilik Kucing hutan untuk memotong kukunya tiap bulan untuk menghindari luka cakar yang lebih dalam.”

Dengan adanya Queensha dirumah, membuatku ingin segera sampai dirumah menghindari rutinitasku sehari-hari yang menjemukan untuk bermain dengannya, apalagi kini Queensha sudah mau makan. Ketika waktu tidur tiba, aku giring Queensha masuk kedalam kandang. Hal ini kulakukan karena jika tidak dimasukkan kedalam kandang dan ketika kami sekeluarga sedang tidur, Queensha sering berjalan ditengah malam dan meninggalkan jejak air seni atau kotorannya dimana-mana.

Aku tidak tega melihatnya meronta marah didalam kandang dan pandangan matanya yang iba seolah berkata “Aku ingin bebas”. Tetapi terkadang pintu kandang jeruji yang hanya menggunakan besi tipis persegi seukuran 5 cm x 1,5 cm sebagai penahannya itu dapat di rusak olehnya. Entah bagaimana hal itu bisa terjadi, suatu pagi aku terbangun dan mendapati Queensha sedang tertidur diruang tamu dan besi tipis penghalang pintu kandang telah mencuat keluar, tidak lagi menahan pintu kandang tersebut. Kutekan besi itu seperti semula dan kukembalikan dia ke dalam kandangnya yang sudah di alasi busa dan handuk bekas serta mangkuk kecil air minum.

Satu bulan berlalu, suatu ketika queensha tidak mau makan selama 2 hari. Hari berikutnya ketika kubuka pintu kandangnya di pagi hari untuk memberinya makan, tidak seperti biasanya Queensha tidak langsung keluar. Kebiasaannya ketika kubuka pintu kandangnya Queensha langsung keluar menghirup udara bebas. Tapi pagi ini beda, kupikir Queensha masih lelap tidur sehingga kugoyangkan lembut badannya. Matanya tidak terbuka!! kugoyangkan tubuhnya yang berbulu loreng seperti macan itu lebih keras, akhirnya matanya terbuka dan dia berjalan keluar kandang dengan tubuh lemah. Baru beberapa langkah berjalan, Queensha ambruk ke lantai.

Segera kubuatkan susu dan campuran madu, kusuapi Queensha dengan sendok plastik dengan perasaan iba sambil berharap Queensha mau menjilati minuman yang kuberikan. Beberapa sendok campuran madu telah habis dijilatinya, cukup untuk membuat dirinya kuat untuk berjalan. Kuberikan Ceker ayam sebagai menu makan siangnya. Jika Queensha tidak mau makan siang itu, pasti akan langsung kubawa ke dokter hewan, tapi Queensha masih mau makan ceker ayam yang kuberikan.

Seperti malam yang lain, kubiarkan Queensha berkeliaran di dalam rumah. Kurapikan kasur busa di ruang tengah sembari memperhatikan Queensha untuk mengantisipasi Queensha berbuat hal yang kotor. Malam ini aku bersantai diatas kasur busa menonton Opera van Java ditemani Queensha melingkar disampingku. Ya, Queensha melingkar di atas kasur busa menemaniku malam itu hal yang tidak biasa. Tiap malam pintu rumah selalu kubuka karena Queeensha selalu berkeliaran dari teras rumah ke dalam rumah. Tapi malam itu Queensha melingkar di atas kasur busa, kupikir karena Queensha sakit atau masih lemah jadi kubiarkan hal itu.

Ketika salah satu panca inderaku teramat berat untuk diangkat, aku putuskan untuk memindahkan Queensha kedalam kandang. Kupindahkan Queensha dengan hati-hati agar dia tidak terbangun. Setelah kuletakkan Queensha di dalam kandang, matanya terbuka tetapi tubuhnya tidak bergerak. Lama kupandangi Queensha sambil menerka tidak seperti biasanya ketika matanya terbuka tubuhnya diam saja. Biasanya Queensha akan meronta minta dibebaskan. Kubuang jauh-jauh pikiran yang buruk, kuteruskan acara bersantai di kasur busa.

Pukul 22.15 wib, masih sempat aku melirik jam dinding di sela menonton film the Mummy sebelum aku tertidur di ruang tengah. Tengah malam, entah jam berapa aku terbangun dan melihat Queensha tertidur lelap tepat diatas kepalaku. Untuk kesekian kalinya Queensha berhasil merusak plat besi penahan pintu kandangnya dan pindah ke atas kasur busa. Kuusap kepalanya dan kemudian kupindahkan kedalam kotak sepatu bekas beralaskan handuk tebal tempat awal Queensha tidur dahulu.

Mataku terbuka kira-kira pukul 06.30 wib, dan masih malas untuk beranjak dari kasur busa. Aku harus menunggu 10 menit untuk dapat membuat tubuhku bangun dan tersentak kaget ketika aku menemukan Queensha lagi-lagi berada di atas kepalaku dekat sekali dengan rambutku. Aku bergegas mandi untuk memulai hari, kubiarkan Queensha di atas kasur busa tidak kupindahkan kedalam kandang karena kupikir aku sudah bangun dan jika Queensha melakukan hal yang kotor aku bisa mengawasinya.

Setelah berpakaian, aku hendak merapikan kasur busa yang tadi malam kupakai. Kusingkirkan Queensha dari kasur busa. Setelah menyimpan kasur busa di balik lemari aku penasaran dengan keadan Queensha yang ketika kupindahkan dari kasur busa dia tidak merespon sama sekali. Kupegang tubuhnya, tidak ada pergerakan nafas atau denyut nadi yang bergetar. Sambil menahan dadaku yang sesak karena takut dan sedih, kugoyang tubuhnya dengan keras sambil berharap dia membuka matanya.

Segera aku membangunkan penghuni rumah untuk menghilangkan rasa takutku, sambil berharap mataku salah dengan apa yang tadi kulihat. Anggota keluargaku mencoba untuk membangunkan Queensha, tapi hasilnya nihil. Setengah jam berlalu, tetapi Queensha tidak juga membuka matanya. Pagi itu juga aku langsung menguburnya dengan perlengkapan yang diperlukan. Ternyata malam itu adalah malam terakhirku bersamanya, ternyata malam itu adalah malam terakhirku tidur dengannya. Semoga kamu bahagia di alam sana karena aku telah mengikhlaskan kepergianmu.

Yang membuatku merasa aneh, dua kali dia kupindahkan menjauh untuk tidak tidur dekat denganku. Dua kali pula dia kembali untuk tidur disampingku, bahkan sangat dekat baginya untuk mengucapkan “Aku ingin dekat disampingmu dan tidur denganmu untuk yang terakhir kalinya”. Seandainya aku tahu hal itu, akan kubiarkan kamu disisiku sepanjang malam. Maafkan aku.

 

– In memoriam of Queensha